Kedudukan Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pancasila bukan hanya sekadar ideologi, melainkan norma yang melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dalam bersikap dan bertindak bagi warga negara. Sebagai pandangan hidup, Pancasila diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya.
Sila pertama menekankan pengakuan dan ketakwaan pada Tuhan. Penerapan sila pertama dalam kehidupan sehari-hari mencakup hidup dengan kerukunan antarumat beragama, memberikan kebebasan beribadah, dan menghindari diskriminasi berbasis agama dalam pergaulan.
Sila kedua menekankan persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia. Contoh penerapannya melibatkan sikap mencintai sesama, pengembangan tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sila ketiga menuntut penghormatan terhadap keanekaragaman di Indonesia. Penerapannya termasuk menjaga ketertiban dan keamanan, meningkatkan toleransi sosial, dan mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan individu.
Sila keempat mengutamakan kepentingan rakyat dan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Penerapannya melibatkan musyawarah untuk mufakat, tidak memaksakan pendapat, dan aktif berperan dalam kegiatan masyarakat.
Sila kelima menekankan perbuatan luhur, sikap adil, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta memberikan pertolongan kepada orang lain. Hal ini juga mencakup menghormati hak-hak orang lain, menjauhi sikap pemerasan, tidak bersifat boros, dan berusaha mewujudkan kemajuan yang merata.
Euforia Asian Games 2018 kemarin memang masih terngiang di benak masyarakat Indonesia.
Denpasar, NusaBaliTerlebih setelah Indonesia berhasil menduduki posisi 4 besar dibawah negara China, Jepang dan juga Korea Selatan. Bagaimana tidak senang? Ini merupakan capaian diluar target dimana Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menargetkan Indonesia meraih peringkat 10 besar.
Namun, sungguh “lancang” para atlet Indonesia, mereka berhasil membawa Indonesia pada peringkat 4 pada acara yang sangat bergengsi di Asia tersebut setelah sebelumnya Indonesia hanya menduduki peringkat 17 pada tahun 2014 dalam Asian Games yang diselenggarakan di Korea Selatan. Tentu saja, hal ini tak lepas dari Indonesia sebagai tuan rumah pada tahun ini dimana semangat para atlet tentunya lebih terpompa saat bermain di rumah sendiri. Tak hanya dalam hal prestasi, semarak kemeriahan nya pun sudah terasa saat Opening Ceremony Asian Games (18/8) kemarin. Acara yang diadakan di Gelora Bung Karno (GBK) tempo hari menuai decak kagum tidak hanya dari dalam negeri namun juga mancanegara.Mulai dari adegan Jokowi mengendarai motor gede ketika memasuki Stadion GBK, penampilan para artis dan pertunjukan kebudayaan yang mencerminkan pada Dunia tentang bagaimana Indonesia sesungguhnya. Tidak sampai disana, para atlet pun turut bersumbangsih dalam laga yang bisa dikatakan mempersatukan masyarakat Indonesia ini.
Banyak nya medali yang diraih serta momen dipersatukannya dua tokoh politik, Jokowi dan Prabowo oleh atlet pencak silat Hanifan Yudani. Ketiganya berpelukan dalam balutan bendera Merah Putih setelah Yudani berhasil menyabet medali emas dalam partai final pencak silat. Closing Ceremony (2/9) kemarin pun tak kalah meriah. Meskipun dari skala kemewahan lebih kecil jika dibandingkan dengan Opening Ceremony, hal itu tak jadi masalah karena memang fokus daripada Closing Ceremony ialah bentuk apresiasi kepada para atlet dari setiap negara sekaligus selebrasi atas suksesnya acara Asian Games tahun 2018 ini.
Dari sederetan hal-hal menakjubkan tadi, ada satu hal menarik yang menyita perhatian saya ketika menonton Opening dan Closing Ceremony Asian Games 2018. Tentu nya ini bukan kritik ngawur ngidul seperti yang warganet katakan prihal Stuntman Jokowi maupun lip-sync para artis ketika perform di atas panggung.
Terlepas dari kritikan-kritikan tersebut, saya pribadi merasa bangga dengan apa yang telah Indonesia tunjukan kepada Dunia bahwa Indonesia adalah negara yang besar yang memiliki jutaan potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Nah, hal yang menarik perhatian saya ialah lagu Garuda di Dadaku yang dikumandangkan dalam beberapa kesempatan saat Opening dan Closing Ceremony.
Saat Opening ceremony lagu tersebut dikumandangkan setelah parade kebudayaan dan ketika Closing ceremony lagu tersebut tepat di nyanyikan di akhir acara. Dalam acara apapun khususnya dalam acara olahraga, ketika lagu Garuda di Dadaku dinyanyikan saya langsung teringan akan sebuah pernyataan yang jujur saya lupa dimana saya mendengar pernyataan tersebut. Pernyataan nya seperti ini “ketika orang-orang lebih memilih menyanyikan lagu Garuda di Dadaku daripada lagu Garuda Pancasila” Sejak saat itu, kata-kata tersebut terus merasuk dalam diri saya. Benar saja, sejak mendengar pernyataan tersebut, pandangan saya ketika mendengar orang-orang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku pun mulai bergeser. Dari yang awalnya senang menyanyikan lagu tersebut sekarang tetap senang hanya saja ada yang mengganjal di pikiran saya. Tanya saya dalam diri“benar juga ya pernyataan itu, kenapa saya tidak pernah mendengar orang-orang menyanyikan lagu Garuda Pancasila saat ada acara olahraga? Mengapa para supporter lebih sering menyanyikan lagu Garuda di Dadaku?? Padahal kan sama-sama berisi kata Garuda”Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus menggerogoti otak saya hingga tiba saatnya Indonesia dihadapkan pada sebuah event olahraga Internasional yakni Asian Games itu sendiri. Ini mungkin merupakan momentum dimana saya bisa mencurahkan apa yang selama ini saya resahkan. Dan beruntung nya, keresahan saya benar-benar terjadi pada Asian Games 2018 ini.
Lagu Garuda di Dadaku yang dinyanyikan oleh grup band Netral ini awalnya memang dibuat untuk mengisi soundtrack film dengan judul yang sama. Bak gayung bersambut, lagu mereka pun menjadi salah satu lagu tentang nasionalisme paling fenomenal di Indonesia. Lagu Garuda di Dadaku telah mampu merangkul segenap masyarakat Indonesia untuk larut dalam sebuah rasa persatuan dan kebersamaan. Tak hanya lagu Garuda di dadaku, beberapa lagu bertema nasionalisme pun turut mengambil andil seperti Bendera (Cokelat), Kebyar-kebyar (Gombloh), Merah Putih (Tyas D) dan lain-lain. Lagu-lagu tersebut telah bermetamorfosis menjadi lagu wajib (baca: lagu nasional).
Mengapa saya menggunakan kata metamorphosis? Tentu kita mengetahui bahwa metamorphosis adalah proses perubahan dari ulat menjadi kupu-kupu pada serangga kupu-kupu. Proses ini tentunya mengubah hal yang biasa saja menjadi hal yang sangat indah terlebih sangat istimewa. Terlahir sebagai lagu biasa yang hanya ditujukan untuk merekatkan masyarakat bangsa Indonesia, kini lagu-lagu tersebut sudah bermetamorfosis menjadi lagu kebangsaan yang seolah-olah wajib dikumandangkan saat acara-acara khususnya yang bersifat olahraga di kancah Internasional. Lalu ketika lagu-lagu pop khususnya lagu Garuda di Dadaku bermetamorfosis menjadi lagu kebangsaan, lantas lagu kebangsaan seperti Garuda Pancasila berubah menjadi apa? Kalau kita lihat dari segi syair lagu, kedua nya sama-sama memiliki syair yang berisi dukungan. Seperti misal pada lagu Garuda di dadaku terdapat lirik“…Kobarkan semangatmu, tunjukan sprotivitasmu, ku yakin hari ini pasti menang…”Dan pada lagu Garuda Pancasila terdapat lirik“…Patriot Proklamasi sedia berkorban untukmu…… ayo maju, maju Ayo maju….”Dari kedua lagu yang sama-sama berjudul GARUDA tersebut, kita bisa simak bersama bahwa secara garis besar kedua lagu tersebut mengisyaratkan dukungan, harapan kepada para patriot bangsa ini. Jikalau sudah begitu, mengapa kedua nya tidak dinyanyikan saja oleh para supporter saat mendukung para pahlawan (baca: atlet) kita saat berlaga? Apakah kepopuleran lagu Garuda di Dadaku telah menggeser posisi Garuda Pancasila? Saya tidak mempermasaahkan atau menyalahkan masyarakat yang menyanyikan lagu Garuda di Dadaku. Hanya saja bukankah hal ini pantas untuk kita renungkan secara seksama? Saya pun sempat berfikir, apakah lagu yang dinyanyikan band Netral tersebut sudah dirubah statusnya menjadi lagu Nasional? Faktanya dilansir dari Sport.detik.com, lagu tersebut sempat diajukan untuk diubah statusnya menjadi lagu kebangsaan melalui pemerintah (baca: Kemenpora) namun hingga saat ini, gubrisan tersebut tiada hasilnya.
“Biarin sajalah” ungkap Netral selaku band yang membawakan lagu tersebut. Hal yang dapat saya simpulkan adalah bahwa sebelumnya pernah ada usaha untuk meng-nasional kan lagu Garuda di Dadaku karena dirasa sudah bermetamorfosis. Apakah pemerintah yang dalam hal ini Kemenpora memiliki aturan terkait syarat sebuah lagu bias menjadi lagu Nasional? hal itupun belum diketahui sampai sekarang. Sebelum kita menuju pada sebuah titik terang dimana pertanyaan saya ini menemukan jawabannya, adakah dari pembaca sekalian yang mau membantu saya untuk menjawab bagaimanakah seharusnya lagu-lagu kebangsaan, wajib atau nasional ini agar tetap eksis di hati masyarakat khususnya kawula muda saat event-event besar keolahragaan maupun event yang bersifat mengharumkan nama bangsa berlangsung? Secara pribadi menurut saya, lagu-lagu wajib nasional seolah punah dikarenakan kita sudah jarang menggunakan (baca: menyanyikan) mereka lagi pada event-event dimana semestinya mereka dikumandangkan. *
*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Makna Lambang Sila Kelima (Padi dan Kapas)
Di bagian kiri bawah perisai garuda ada lambang padi dan kapas dengan warna dasar putih yang memiliki makna sebagai berikut:
Baca juga : Makna Lambang Garuda Pancasila dan Filosofinya
Nah, itulah arti dan makna dari lambang pancasila yang perlu Grameds ketahui. Agar lebih memahami makna pancasila lebih luas lagi, Grameds bisa membaca buku koleksi Gramedia berikut ini:
Buku Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno dan Uraian Pancasila akan memberikan Grameds khasah yang lebih luas untuk mempelajari makna pancasila. Buku tersebut berisi pemikiran-pemikiran soekarno terkait ide-idenya membuat pancasila dan penafsiran tokoh-tokoh hebat tentang pancasila.
Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno (2019)
Makna Lambang Sila Ke-Tiga (Pohon Beringin)
Di bagian kanan atas perisai garuda ada lambang pohon beringin dengan warna hijau pada daunnya dan coklat pada batangnya memiliki makna sebagai berikut:
Kedudukan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila, sebagai pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia, mengandung nilai-nilai yang bersifat nasional dan mendasari kebudayaan. Nilai-nilai tersebut mencakup ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kehidupan Setelah Penjara
Setelah bebas dari penjara, Sudharnoto harus memulai hidupnya dari awal dengan status "bekas tahanan politik" dan stigma "komunis" yang melekat pada dirinya. Tanpa ijazah pendidikan formal, Sudharnoto bekerja sebagai penyalur es batu dan supir taksi untuk mencari nafkah.
Meskipun begitu, kecintaan Sudharnoto pada dunia musik tidak pernah pudar. Pada 1978, dia beberapa kali menjadi pemain organ di restoran Shangri-La. Bahkan, ia juga dipercaya untuk menggarap ilustrasi musik pada beberapa film, seperti pada film "Kabut Sutra Ungu" (1980) yang membuatnya memenangkan Piala Citra.
Sudharnoto meninggal pada 11 Januari 2000 dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet. Lagu ciptaannya Garuda Pancasila masih dikumandangkan sampai saat ini.
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Profil Sudharnoto, Sang Pencipta Lagu Garuda Pancasila
Mengutip situs Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Sudharnoto merupakan tokoh kelahiran Kendal, Jawa Tengah pada 24 Oktober 1925. Dia berasal dari keluarga dokter, di mana ayahnya adalah dokter pribadi Keraton Mangkunegaran di Solo.
Sedari kecil, Sudharnoto sudah gemar bermain alat musik. Kegemaran ini diturunkan dari kedua orang tuanya. Ayahnya hobi bermain alat musik, seperti seruling, gitar dan biola. Sementara Ibunya gemar bermain alat musik akordeon.
Selain belajar musik dari keluarganya, Sudharnoto juga menimba ilmu dari musisi keroncong Maladi, yang kemudian menjadi Menteri Penerangan, serta Daldjono, pencipta lagu "Bintang Kecil".
Sudharnoto sempat menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), meski tidak sampai lulus.
Adapun lagu pertama yang diciptakan oleh Sudharnoto adalah "Bunga Sakura" yang ditulisnya saat masih belasan tahun.
Rekomendasi Buku & Artikel Terkait
Teman-teman Grameds bisa mengunjunggi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh banyak referensi tentang buku-buku pancasila. Nah, berikut ini beberapa rekomendasi buku di Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mengenal dan memahami lebih luas tentang pancasila: Selamat belajar. #SahabatTanpabatas
Dasar Negara Pancasila
Makna Lambang Sila 1-5 Pancasila dalam Garuda Pancasila – Sebagai warga negara yang baik, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan pancasila. Apakah teman-teman Grameds sudah kenal baik dengan identitas bangsa kita yang satu ini? Sebagai generasi bangsa kita tentu perlu mengenal dan mengetahui lambang negara sebagai identitas bangasa agar tujuan dan cita-cita bangsa dapat tercapai.
Lambang Pancasila tentu tidak muncul begitu saja. Sebagai lambang negara Indonesia, simbol-simbol pancasila pasti memiliki sejarah dan maknanya sendiri. Lambang inilah yang kemudian menjadi identitas, harapan dan cita-cita bangsa yang perlu dimaknai oleh setiap rakyat Indonesia agar bisa mencapai tujuan yang sama untuk bangsa Indonesia. Berikut ini penjelasan tentang lambang pancasila dan nilai-nilai yang bisa dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
Pancasila adalah alat pemersatu bangsa yang memiliki unsur ideologi sosialisme yang religius, bukan materialistis maupun komunisme.
Secara bahasa, Pancasila berasal dari dua kata Sansekerta, yakni Panca yang artinya lima dan Sila yang artinya prinsip atau asas. Lima sila ini menjadi rumusan untuk seluruh rakyat Indonesia yang lahir dan hidup di Indonesia yang kemudian menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga seringkali disebut sebagai dasar dan ideologi negara dan menjadi salah satu dari empat pilar kebangsaan, yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika yang dijelaskan pada buku Pancasila.
Sebagai ideologi negara, pancasila tentu tidak dibentuk sembarangan dan asal-asalan. Pancasila memiliki sejarah dan perjalanan yang panjang hingga saat ini menjadi lambang sekaligus ideologi bangsa Indonesia.
Sejarah mencatat pada 18 Agustus 194, yakni tepat sehari setelah proklamasi kemerdekan Indonesia diadakanlah pertemuan untuk merumuskan dasar ideologi bangsa dan negara. Yakni Pantja Sila (Pancasila) dan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
Pertemuan tersebut melibatkan beberapa tokoh yang mewakili Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari tiga wakil umat islam, yakni pulau jawa dan dua wakil dari Sumatera. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertemuan tersebut:
Walaupun dalam proses perumusannya ada sedikit perdebatan pada sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebelumnya hanya mencantumkan Agama islam saja. Perdebatan tersebut dapat memutuskan kesepakatan bersama demi harapan dan cita-cita bersama, yakni terciptanya Indonesia Merdeka sebagai negara yang berdaulat, tenang, adil, dan makmur.
Pancasila digunakan untuk pengembangan diri serta perwujudan cita-cita sesuai dengan kaidah yang ada. Dan hal ini dibahas melalui nilai-nilai yang ada pada Pancasila dan dapat dipelajari pada buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia menjadi dasar sumber filsafat pembentukan pancasila. Itulah sebabnya pancasila lah yang kelak akan menjadi ideologi pemersatu kemajemukan budaya di nusantara agar tetap menjadi satu kesatuan, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Teman-teman bisa membaca buku rekomendasi Gramedia berikut ini untuk mengetahui lebih banyak tentang apa itu pancasila dan sejarah pancasila.
Buku Pancasila karya Prof. DRS H. Achmad Fauzi DH.M.A mengulas lengkap mengenai Pancasila yang pemilihan materi dan analisis sejarah serta filsafatnya berbeda dengan buku-buku lainnya.
Buku ini sangat komprehensif untuk Grameds baca sesuai kebutuhan, misalnya para mahasiswa maupun masyarakat umum untuk menghadirkan pancasila kepada generasi bangsa.
Baca juga : Sejarah Bendera Indonesia
Makna Lagu Garuda Pancasila
Berikut makna lagu Garuda Pancasila, sebagaimana dikutip dari buku "Pendidikan Pancasila untuk Siswa SD/MI Kelas III" oleh Ressi Kartika Dewi dan kawan-kawan.
"Garuda Pancasila, Akulah pendukungmu"
Makna lirik ini adalah warga negara Indonesia menerima dan juga setuju jika Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia.
"Patriot proklamasi, Sedia berkorban untukmu"
Makna liriknya adalah sebagai warga negara yang sudah menerima Pancasila sebagai ideologi negara, harus menegakkan dan menjaga Pancasila sebagai ideologi utama.
"Pancasila dasar negara, Rakyat adil makmur sentosa"
Pada lirik ini, setiap warga negara harus menjadikan dan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, sehingga mampu membawa rakyat pada kehidupan yang makmur dan sentosa.
Makna lirik ini termasuk tersirat yakni sebagai dasar negara, Pancasila pada akhirnya yang membentuk identitas negara Indonesia.
"Ayo maju, maju, Ayo maju, maju, Ayo maju, maju!"
Dalam lirik terakhir, terdapat makna mengajak rakyat Indonesia untuk selalu menerapkan nilai-nilai Pancasila demi mencapai mimpi dan cita-cita bangsa.
Makna Lambang Sila 1-5 Pancasila dalam Garuda Pancasila – Sebagai warga negara yang baik, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan pancasila. Apakah teman-teman Grameds sudah kenal baik dengan identitas bangsa kita yang satu ini? Sebagai generasi bangsa kita tentu perlu mengenal dan mengetahui lambang negara sebagai identitas bangasa agar tujuan dan cita-cita bangsa dapat tercapai.
Lambang Pancasila tentu tidak muncul begitu saja. Sebagai lambang negara Indonesia, simbol-simbol pancasila pasti memiliki sejarah dan maknanya sendiri. Lambang inilah yang kemudian menjadi identitas, harapan dan cita-cita bangsa yang perlu dimaknai oleh setiap rakyat Indonesia agar bisa mencapai tujuan yang sama untuk bangsa Indonesia. Berikut ini penjelasan tentang lambang pancasila dan nilai-nilai yang bisa dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
Pancasila adalah alat pemersatu bangsa yang memiliki unsur ideologi sosialisme yang religius, bukan materialistis maupun komunisme.
Secara bahasa, Pancasila berasal dari dua kata Sansekerta, yakni Panca yang artinya lima dan Sila yang artinya prinsip atau asas. Lima sila ini menjadi rumusan untuk seluruh rakyat Indonesia yang lahir dan hidup di Indonesia yang kemudian menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila juga seringkali disebut sebagai dasar dan ideologi negara dan menjadi salah satu dari empat pilar kebangsaan, yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika yang dijelaskan pada buku Pancasila.
Sebagai ideologi negara, pancasila tentu tidak dibentuk sembarangan dan asal-asalan. Pancasila memiliki sejarah dan perjalanan yang panjang hingga saat ini menjadi lambang sekaligus ideologi bangsa Indonesia.
Sejarah mencatat pada 18 Agustus 194, yakni tepat sehari setelah proklamasi kemerdekan Indonesia diadakanlah pertemuan untuk merumuskan dasar ideologi bangsa dan negara. Yakni Pantja Sila (Pancasila) dan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945.
Pertemuan tersebut melibatkan beberapa tokoh yang mewakili Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dari tiga wakil umat islam, yakni pulau jawa dan dua wakil dari Sumatera. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat dalam pertemuan tersebut:
Walaupun dalam proses perumusannya ada sedikit perdebatan pada sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebelumnya hanya mencantumkan Agama islam saja. Perdebatan tersebut dapat memutuskan kesepakatan bersama demi harapan dan cita-cita bersama, yakni terciptanya Indonesia Merdeka sebagai negara yang berdaulat, tenang, adil, dan makmur.
Pancasila digunakan untuk pengembangan diri serta perwujudan cita-cita sesuai dengan kaidah yang ada. Dan hal ini dibahas melalui nilai-nilai yang ada pada Pancasila dan dapat dipelajari pada buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia menjadi dasar sumber filsafat pembentukan pancasila. Itulah sebabnya pancasila lah yang kelak akan menjadi ideologi pemersatu kemajemukan budaya di nusantara agar tetap menjadi satu kesatuan, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Teman-teman bisa membaca buku rekomendasi Gramedia berikut ini untuk mengetahui lebih banyak tentang apa itu pancasila dan sejarah pancasila.
Buku Pancasila karya Prof. DRS H. Achmad Fauzi DH.M.A mengulas lengkap mengenai Pancasila yang pemilihan materi dan analisis sejarah serta filsafatnya berbeda dengan buku-buku lainnya.
Buku ini sangat komprehensif untuk Grameds baca sesuai kebutuhan, misalnya para mahasiswa maupun masyarakat umum untuk menghadirkan pancasila kepada generasi bangsa.
Baca juga : Sejarah Bendera Indonesia